Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Armand V Feigebaum berpendapat bahwa mutu adalah faktor keputusan
mendasar dari pelanggan bukan keputusan insinyur, pasar atau ketetapan
manajemen. Mutu berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk
atau jasa pelayanan,mengukurnya,mengharapkannya, dijanjikan atau tidak,sadar
atau hanya dirasakan,operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu
menggambarkan target ayang bergerak dalam pasar yang kompetitif.
Mutu produk dan jasa
adalah gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan dari
pemasaran,engineering,manufaktur dan pemeliharaan dimana produk atau jasa
pelayanan dalam penggunaannya bertemu dengan harapan pelanggan. Beberapa
definisi profesional tentang mutu banyak dikemukakan dan saling melengkapi
antara lain
1. Mutu adalah
gambaran total sifat suatu produk jasa pelayananyang berhubungan dengan
kemapuannyauntuk memberikan kebutuhan kepuasan ( American Society for
Quality Control )
2.
Mutu adalah “Fitness
for Use” atau kemampuan kecocokan
terhadap penggunaan (J. M Juran)
3. Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan
persyaratan (The conformance of requirements – Philip B.Crosby,1979 ) .
Mutu
barang umumnya dapat diukur (tangible),namun mutu jasa pelayanan sulit diukur (intangible)
karena umumnya bersifat subyektif karena menyangkut kepuasan seseorang,
bergantung pada persepsi, latar belakang, sosial ekonomi,
norma,pendidikan,budaya bahkan kepribadian seseorang. Bagi pasien mutu yang
baik dikaitkan dengan sembuhnya dari sakit atau berkurangnya rasa sakit,
kecepatan pelayanan, keramahtamahan, dan tarif pelayanan yang murah. Pasien akan
menganggap pelayanan kesehatan jelek jika menurutnya sakit yang diderita tidak
sembuh sembuh, antri lama, petugas kesehatannya tidak ramah meskipun
professional
Konsumen pelayanan
kesehatan tidak dapat dinilai secara teknis medis,oleh karena itu mereka
menilai dari sisi non teknis. Ada dua penilaian tentang pelayanan kesehatannya
yaitu kenyamanan dan nilai pelayanan
yang diterima. Konsumen pelayanan yang akan membandingkan pelayanan kesehatan
yang diterima dengan harapan terhadap pelayanan yang diberikan sehingga
membentuk kepuasan mutu pelayanan. Hasil yang dapat terjadi :
a.
Jika harapan itu
terlampaui, pelayanan tersebut diarsakan sebagai kualitas yang luar biasa
b.
Jika harapan
sama dengan pelayanan yang dirasakan, maka kualitas memuaskan.
c.
Jika harapan
tidak sesuai atau tidak terpenuhi maka kualitas pelayanan tersebut dianggap
tidak dapat diterima atau mengecewakan.
Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan atau petugas kesehatan penilaian
mutu lebih terkait dengan dimensi kesesuaian mutu pelayanan yang
diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau
otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien. Petugas kesehatan merasa mutu yang bagus adalah tersedianya
prasarana yang bagus, canggih serta persediaanya tercukupi.
Sedangkan bagi
manajer organisasi kesehatan atau penyandang dana mutu dikaitkan dengan tersedianya sumber
daya, , tenaga pelayanan, anggaran yang memadai, efisiensi pemakaian sumber
dana , biaya operasional yang cukup dan investasi yang sepadan serta mengurangi
kerugian penyandang dana.
Secara tidak langsung pasien yang
mempunyai persepsi tentang mutu
pelayanan yang buruk akan menceritakan kepada
delapan sampai sepuluh orang bahkan satu dari lima pasien yang tidak puas akan
menceritakan masalahnya kepada duapuluh temannya
Dalam penelitian Krowinski (1997) di tujuh rumah sakit dengan jumlah
15.000 pasien, melaporkan bahwa 13 % pasien yang tidak puas ,37 % tidak
menyampaikan keluhannya dan 63 % menyampaikan keluhannya. Kemudian dari 37 %
yang tidak menyampaikan keluhan 91 % tidak mau kembali lagi.Sedangkan yang 63 %
yang meyampaikan keluhan jika ditanggapi 54 % mau kembali lagi,tetapi 46 %
tidak kembali lagi. Tetapi jika tidak ditanggapi maka 81 % tidak kembali lagi
Dari uraian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa mutu yang buruk menyebabkan ketidak puasan pasien yang
mempunyai konsekuensi kerugian biaya bagi rumah sakit karena kehilangan
pasiennya.
Suatu
penelitian lain yang dilakukan untuk mengetahui mengapa
pelanggan / pasien tidak
kembali lagi,ditemukan kenyataan sebagai berikut :
1.
1 % karena meninggal dunia
2.
3 % karena pindah tempat tinggal
3.
5 % karena menemukan persahabatan
dengan perusahaan lain
4.
9 % karena bujukan pesaing
5.
14 % karena tidak puas denga
produk dan
6.
68 % karena mutu pelayanan yang
buruk
Untuk mengatasi kesenjangan
antara persepsi konsumen / pasien dengan penyedia jasa pelayanan diperlukan
langkah untuk mengidentifikasi atau mengenal kebutuhan pasien dan faktor –
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pelayanan kesehatan. Dengan
mengenal hal tersebut maka akan memberikan suatu pemahaman yang lebih baik
mengenai cara pasien mempersepsikan mutu pelayanan sehingga Rumah Sakit akhirnya
dapat memahami bagaimana seharusnya memperlakukan pasiennya
Untuk
mengukur mutu jasa pelayanan termasuk kesehatan maka model yang sering digunakan adalah model Servqual
mutu pelayanan jasa yaitu antara lain
1. Reliability
(Kehandalan) : dimensi mutu pelayanan
yang berupa kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang optimal dan akurat dan merupakan pernyataan tentang
kemampuan dalam memenuhi janji yang ditawarkan.
2.
Responsiveness ( Daya Tanggap ) : dimensi mutu pelayanan tentang respon atau
kesigapan petugas memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap termasuk
kecepatan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan / pasien.
3. Empathy ( Perhatian) : dimensi mutu
pelayanan tentang kepedulian dan perhatian yang sungguh – sungguh kepada
konsumen secara perorangan / individual seperti kemudahan untuk menghubungi
perusahaan, kemampuan petugas untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya
Dimensi empati merupakan
gabungan dari dimensi :
a. Akses (Acces) , meliputi
kemudahan untuk memanfaatkan
jasa yang ditawarkan.
b. Komunikasi
(Communication), merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.
c. Pemahaman
kepada pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
4. Assurance (Jaminan) : dimensi mutu pelayanan berupa jaminan yang
mencakup, pengetahuan dan kemampuan petugas / karyawan terhadap produk / jasa
dengan tepat, kualitas keramahtamahan, ketrampilan dalam memberikan informasi, kesopanan, keamanan di dalam
memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan
kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
Dimensi kepastian atau
jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi
a.
Kompetensi (Competence), artinya
ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan / petugas untuk
melakukan pelayanan.
b.
Kesopanan (Courtesy), yang meliputi
keramahtamahan,perhatian dan sikap para petugas.
c.
Kredibilitas (Credibility), yang meliputi
hal – hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan seperti
reputasi,prestasi dan sebagainya.
5. Tangibles : dimensi mutu pelayanan yang
berupa penampilan fisik, seperti gedung dan ruangan front office,
tersedianya tempat parkir, ruang tunggu, penampilan karyawan dan peralatan
komunikasi.
Terdapat sepuluh faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan yaitu
1. Keandalan dalam konsistensi kerja dan kemampuan
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2.
Kecepatan dalam menanggapi keluhan pasien.
3.
Kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang
dimiliki petugas harus sesuai dengan pemberi pelayanan.
4.
Mudah ditemui dan dihubungi.
5.
Menjaga sikap sopan,perhatian dan keramahan.
6.
Adanya komunikasiyang berguna untuk pasien.
7.
Dapat dipercaya dan jujur.
8.
Adanya jaminan keamanan.
9.
Melakukan usaha untuk mengetahui kebutuhan
pasien.
10.
Bukti langsung dapat dilihat ,misalnya fasilitas
fisik.
Kepustakaan :
1. Junadi
Purnawan,Survey Kepuasan Pasien di Rumah Sakit,Seminar di RSPAD Gatot
subroto,Jakarta,1991
2. LeBoeuf,M,
Memenangkan dan Memelihara Pelanggan, Pustaka Tangga,Jakarta,1992
3. Supranto,J,Pengukuran
Tingkat Kepuasan Pelanggan, Untuk Menaikkan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, 1997
4. Wijono,D
J, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan , Airlangga University
Press,Surabaya,1999
5. Wiratno,
Pengukuran Tingkat Kepuasan Konsumen dengan ServQual Instrumen,
Wahana,Vol 1 no1, 1998
6. 6 Zeitmall,V
A,Parasuraman,Berry,L L,Delivery Quality Service Balancing Customer
Perception And Expectation, The Free Press, New York, 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar